Gimana isi blog ini ?

Sabtu, 12 Juni 2010

Mengenal Sosok Manusia Sunda melalui Hubungan Snouck Hurgronje dan Hasan Mustapa

Siapa kawan penggiat buku yang tak kenal dengan Ajip Rosidi? Nama budayawan sekaligus sastrawan asli dari Sunda itu terkenal dengan karya makalah, esai dan novel-novelnya. Awalnya ia banyak menulis dengan Bahasa Indonesia, tetapi kemudian ia pun terkenal dengan karya berbahasa Sunda hingga ke luar negeri. Ayip, seperti itulah ia sering disapa, lebih memfokuskan tulisannya ke dalam sastra dan esai yang berbau sosial dan politik. Kedua tema tersebut tak jarang ia kaitkan juga dengan sisi-sisi sejarah dan keislaman. Karya-karya yang banyak ditulisnya dengan bahasa Sunda, menampakkan bahwa ia sangat mencintai kebudayaan daerah aslinya. Salah satu bukunya yang mengupas seputar masyarakat Sunda, yaitu berjudul Mencari Sosok Manusia Sunda.

Buku Mencari Sosok Manusia Sunda sebenarnya berasal dari makalah Ajip Rosidi yang mulai ia tulis tahun 21 Juni 2005. Dalam makalah tersebut , ia banyak mengkaji tentang bagaimana dan seperti apakah sosok manusia Sunda yang ideal. Sosok manusia Sunda yang ideal ia telaah satu persatu dengan melihat beberapa karakter tokoh Sunda. Pencintraan karakter ini ditulis langsung sebagai sebuah sejarah dari pandangan matanya. Sayangnya, hal yang justru ia sadari bahwa tulisannya yang berbentuk makalah tersebut kurang dari standar kajian penulisan sebuah makalah, membuat karyanya terkesan selintas dan kurang mendalam. Walau demikian, usahanya mempertahankan salah satu literasi sejarah Sunda ini patut diacungi jempol karena telah turut serta untuk memberikan pencerahan kembali kepada generasi muda tanah Sunda untuk lebih menjadi pribadi masyarakat Sunda yang dinamis di setiap jengkal peradaban.

Hubungan Sosok Snouck & Mustapa dalam Mencari Sosok Manusia Sunda

Dengan tujuan yang hampir sama, kawan-kawan dari ProPublic.info (web info yang bergerak di ranah kebutuhan publik meliputi: intelektual publik, diplomasi publik dan transportasi publik) mengadakan tadarusan Buku Ajip Rosidi pada Sabtu , 29 Mei 2010 di rumah Asep Salahudin, Jl. Karawitan 75, Turangga, Bandung. Buku yang dikaji dalam acara tersebut yaitu buku Mencari Sosok Manusia Sunda dengan memfokuskan diri pada artikel yang berjudul Snouck dan Mustapa.

Prof.Dr. Snouck Hurgronje memiliki hubungan yang erat dengan H. Hasan Mustapa. Selama masa kehidupannya di Aceh, ia mengenal berbagai pejabat pemerintah di Aceh, dan hingga ia pernah menjadi Kepala Kantor Penasihat Pemerintah dalam bidang Islam dan Golongan Pribumi di Weltrevreden (Jakarta). Kebijaksanaan Snouck tentang Aceh banyak berdasarkan surat-surat H. Hasan Mustapa yang ditulis hampir setiap minggu dari Koraraja ke Weltevreden (Jakarta). Hal tersebut terungkap dalam sebuah paragraf di buku Ajip Rosidi , yaitu :

H. Hasan Mustapa dikenal Snouck ketika dia pada awal tahun 1885 masuk ke Mekah sebagai Abdul Ghaffar yang memeluk Agama Islam. Ada cerita bahwa H. Hasan Mustapa yang mengislamkan Snouck Hurgronje. Tapi cerita yang lebih dapat diterima mestinya Aboebakar Djajadiningrat – paman Pangeran Ahmad Djajadiningrat dan Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat – yang mengislamkannya atau mengatur pengislamannya. Pada waktu itu, Aboebakar Djajadiningrat bekerja di Kantor Konsulat Belanda di Jeddah. Dialah yang banyak memberikan bahan-bahan tentang Mekah sehingga Snouck Hurgronje berhasil menulis bukunya Mekka dalam bahasa Jerman dua jilid yang dipuji banyak orang- dan Snouck samasekali tidak menyebut Aboebakar Djajadiningrat sebagai sumbernya.

Hubungan Snouck dan Mustapa sebenarnya tidak mulus karena hubungan persaudaraan, seperti yang diungkapkan H. Hasan Mustapa , bahwa Snouck adalah dulur kaula, tur sili belaan salawasna keur deukeut keur jauh (saudaraku serta selamanya saling jaga dan saling bela, baik waktu berdekatan maupun waktu berjauhan- lihat H. Hasan Mustapa jeung Karya-karyanya oleh Ajip Rosidi , Pustaka, Bandung, 1989 : 56). Hubungan tersebut disalahgunakan Snouck untuk beberapa kepentingan politik. Tidak hanya itu, Snouck pun diduga menggunakan keislamannya sebagai alibi politiknya.

Dia masuk Islam hanyalah untuk melancarkan tugasnya atau tujuannya yang hendak mengukuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia, jadi bersifat politik – bukan ilmiah murni.
Dengan menjalin hubungan yang erat dengan Mustapa, Snouck mendesak Gubenur Militer dan Sipil Aceh, Jenderal Deykerhoff agar H. Hasan Mustapa mau menjadi penghulu besar (Hoofdpenghoeloe) di Kotaraja (Banda Aceh). Hanya karena hubungan pribadi saya sendirilah yang menyebabkan dia akhirnya bersedia menerima jabatan tersebut dan menahannya kemudian agar tidak minta berhenti. Snouck juga sempat mengadu domba antara H. Hasan Mustpa dengan Jenderal Deykerhoff.
Meski begitu, Hasan Mustapa tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan Snouck hingga ia pun sempat mengewani Snouck dengan seorang gadis Sunda. Hingga akhirnya ia pun menikah dengan dengan Sadiyah, anak Kalipah Apo yang langsung menjadi bawahan Hasan Mustapa. Meski ia berkali-kali diliciki oleh Snouck, Hasan tetap berkeyakinan bahwa Snouck adalah seorang muslim yang ikhlas.

Menurut Asep Salahudin, Dosen UIN yang sering mengisi berbagai kolom artikel tentang kebudayaan Sunda di beberapa surat kabar, Snouck diindikasikan memiliki paham orientalis , dengan cara menganilisis daerah kantong-kantong Islam di Indonesia. Namun, sampai saat ini belum ada kajian Islam Snouck Hurgronje yang ditulis secara lengkap.

Lepas dari alasan yang mendasari Snouck untuk masuk Islam, dan peranannya dalam kehidupan Islam-Sunda, Aji Rosidi dalam artikel itu justru ingin lebih menonjolkan peranan manusia Sunda yang sempat menjabat sebagai kepala daerah di tanah serambi Mekah. Ini dijadikannya sebagai sebuah penghargaan bahwa manusia Sunda , yang dikenal sebagai manusia yang tidak suka merantau ke tanah orang, justru memiliki peran khusus dalam urusan pemerintahan daerah lain. Hasan Mustapa yang dijadikan sosok ideal manusia Sunda oleh Ajip Rosidi, memang tidak seterkenal Snouck . Hal itu menurut Asep, disebabkan ajaran Islam Tasawuf yang dianut Hasan Mustapa lebih banyak dinilai sebagai ajaran negatif pada zaman itu. Hasan juga tidak memiliki wadah khusus untuk menyalurkan gagasan-gagasan keislamannya, tidak seperti Snouck. Itulah mengapa ajaran keislaman Snouck, yang terkenal dengan pepatahnya :
"cinta tanah air adalah sebagian dari iman"
lebih terkenal dibanding Hasan Mustapa. Meski niat keislaman Snouck itu hanya berdasarkan naluri penjajahan, tetapi ia telah memberikan nuansa sejarah tersendiri bagi kehidupan Islam di Indonesia, serta kekuatan ikatan citra Islam dengan manusia Sunda.(PA/110080043)


Ditulis oleh Putri Adityowati,
setelah mengikuti tadarusan buku Ajip Rosidi bersama teman-teman dari Jaringan Buku Alternatif Bandung, dan Penggiat Kebudayaan (sastra) Sunda.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

waaa cool,

Anonim mengatakan...

bagus ko..

Anonim mengatakan...

wow..sejarah..
Ini kayaknya gettingnya bareng sama tulisannya Rezki yah? ;)

putri adityo mengatakan...

hehehe. ini gettingnya emang ama rezki, tapi ga bareng. hehe.
justru dapet info rumah baca sunda dari akang2 yang dateng. Salah satu dari mereka ada yang ikut bantuin ngelola rumah baca sunda itu. huehe.

baru kali ini juga aku getting ttg sejarah.. :)

putri adityo mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
dithologica mengatakan...

inilah bentuk penjajahan "halus" yang dilakukan Belanda lewat tokoh Snouck Hurgronje yang mengatasnamakan islam untuk kepentingan penjajahan. "Dia masuk Islam hanyalah untuk melancarkan tugasnya atau tujuannya yang hendak mengukuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia, jadi bersifat politik – bukan ilmiah murni."
berbeda dengan yang dilakukan Daendels (seorang despot yang kejam) ketika menjajah Indonesia.

dalam menyelesaikan masalah, orang Sunda (yang dalam hal ini diwakili oleh Hasan Mustafa) memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan orang Jawa yaitu dengan cara damai: neng(meneng) dan ning(wening), diam, menunggu, hingga waktu yang menyelesaikannya sendiri. tanpa konfrontasi, tanpa "rame-rame". "Meski begitu, Hasan Mustapa tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan Snouck hingga ia pun sempat mengewani Snouck dengan seorang gadis Sunda. Hingga akhirnya ia pun menikah dengan dengan Sadiyah, anak Kalipah Apo yang langsung menjadi bawahan Hasan Mustapa. Meski ia berkali-kali diliciki oleh Snouck, Hasan tetap berkeyakinan bahwa Snouck adalah seorang muslim yang ikhlas."