Sekilas dari luar, rumah ini sama dengan rumah-rumah lain yang ada di sekitarnya. Namun, ada satu hal yang membuatnya berbeda. Rumah milik Mamat Sasmita (pemimpin redaksi majalah lokal berbahasa Sunda, Cupumanik) ini bukan hanya merupakan rumah pribadi tetapi berfungsi sebagai rumah baca. Dengan nama Rumah Baca Buku Sunda (Jeung Sajabana), rumah baca ini berlokasi di sebuah kompleks perumahan asri tepatnya di Perumahan Margawangi, Jalan Margawangi VII No. 5, Margacinta, Bandung, Jawa Barat.
Rumah Baca Buku Sunda atau yang disingkat RBBS mulai dibentuk sekitar Februari 2004. Awalnya RBBS merupakan perpustakaan pribadi milik Mamat Sasmita. Sebelumnya, Mamat Sasmita atau yang akrab dipanggil Uwak Sasmita merasa koleksi bukunya sudah semakin banyak dan rasanya sayang bila hanya dibaca sendiri. Ia pun memutuskan untuk menjadikan perpustakaan pribadinya sebagai rumah baca buku untuk umum.
Koleksi buku di RBBS berjumlah sekitar 8000 buah dan 3000 buah diantaranya adalah karya sastra Sunda seperti novel, kumpulan cerita pendek, kumpulan esai, kumpulan puisi dan sajak, dan ada juga yang membahas tentang kebudayaan Sunda. Koleksi buku Sunda di RBBS tidak hanya buku-buku tentang sastra dan kebudayaan Sunda yang berbahasa Sunda saja. Ada juga buku-buku yang membahas hal sama tetapi disajikan dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain seperti bahasa Inggris. Selain itu, ada pula buku-buku umum yang merupakan sastra Indonesia, sastra berbahasa asing seperti bahasa Inggris, dan sastra terjemahan. Buku-buku yang ada biasanya dibeli dari para penjual buku loak di Bandung seperti yang ada di daerah Palasari, Dewi Sartika, Cikapundung, Cibeunying, dan Jatayu. Selain membeli sendiri, koleksi buku juga didapatkan dari sumbangan pihak luar dan biasanya buku-buku bertemakan sastra serta kebudayaan.
Beberapa koleksi buku Sunda di RBBS:
- Kamoes Basa Sunda karangan R. Satjadibrata yang diterbitkan Bale Poestaka pada tahun 1948.
- Kamus Sunda-Inggris yang disusun Jonathan Rigg, (anggota The Batavia Society of Arts and Sciences) dan diterbitkan Batavia Lange & Co pada tahun 1862.
- Buku puisi Sawer Bahasa Sunda yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Novel Sunda Sebelum Perang karangan Yus Rusyana.
- Dipati Ukur Djilid 4 yang diterbitkan Daja Sunda Pusat.
- Jagad Carita (Kandaga Carpon Dunya) karangan Hawé Setiawan.
RBBS dibuka setiap hari mulai pukul 07.00-20.00 WIB. Pengelolaan RBBS pada dasarnya dikelola oleh Uwak Sasmita sendiri. Namun, biasanya ada pula bantuan dari pihak luar seperti mahasiswa, untuk mengelola RBBS secara sukarela.
Di RBBS tidak ada aturan untuk menjadi anggota atau semacamnya. Orang-orang bisa dengan bebas mengunjungi RBBS, membaca buku-bukunya, dan meminjamnya tanpa dipungut bayaran. Mereka dibolehkan meminjam buku asalkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Walaupun dengan sistem seperti ini hampir tidak ada kasus, misalnya buku yang dipinjam tidak dikembalikan lagi. Kalau pun ada, hanya berjumlah satu kasus saja sejak RBBS didirikan pada 2004.
Pengunjung RBBS beragam, diantaranya orang tua, murid-murid sekolah (SD, SMP, atau SMA), mahasiswa, dan masyarakat umum lainnya. Biasanya orang tua mencari buku-buku Sunda terbitan lama yang mungkin pernah mereka baca saat masih kecil atau remaja. Bisa dibilang semacam nostalgia masa lalu.
Kalangan murid sekolah biasanya mencari buku-buku Sunda dan novel Sunda untuk referensi tugas resensi mereka. Kalanga mahasiswa juga ada yang mencari novel-novel Sunda, seperti yang biasanya dilakukan mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Ada pula yang mencari buku-buku tentang budaya Sunda untuk tugas penelitian mereka seperti yang biasanya dilakukan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Disain ITB serta mahasiswa jurusan Sastra Sunda dan Sastra Indonesia dari Unpad dan UPI Bandung.
Di RBBS juga biasanya mengadakan kegiatan bedah buku atau biasa disebut sebagai tadarusan, terhadap karya-karya penulis tertentu khususnya para penulis yang berbasis budaya Sunda. Tadarusan yang sudah dilakukan adalah tadarusan karya-karya Ajip Rosidi dan rencana selanjutnya adalah tadarus karya-karya Saini K. M. Kegiatan ini dibuka untuk umum dan gratis. Sebagian besar pengunjung yang ikut dalam acara ini adalah para mahasiswa. Tujuan RBBS mengadakan kegiatan tadarusan adalah sebagai ajang tukar pikiran dan informasi serta ajang penyegaran pikiran di antara penggemar karya sastra, khususnya sastra Sunda.
RBBS bisa dibilang seperti “oase” di tengah langkanya rumah baca buku, khususnya yang menyediakan buku-buku Sunda. Walaupun begitu, menurut Uwak Sasmita, koleksi buku RBBS yang berjumlah sekitar 8000 buah masih terbilang kecil bagi sebuah rumah baca. Ia mengaku, masih banyak karya sastra Sunda yang sebenarnya ingin ia cari lagi tetapi kini susah untuk mendapatkannya karena diantaranya ada yang merupakan terbitan lama tidak diterbitkan lagi. Uwak Sasmita berharap keinginannya itu bisa terwujud suatu saat nanti. Ia juga berharap RBBS tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan atau tempat membaca buku, tetapi juga bisa sebagai tempat pengdokumentasian karya sastra Sunda. Hal ini agar BBS bisa memenuhi rasa ingin tahu dan “rasa haus” masyarakat terhadap karya sastra Sunda, terutama terbitan lama.
21 komentar:
gak ad komik ya?? hahahahha tapi keren kok rumah bacanya..
soalnya gak ribet pake ada anggota2an segala...gratis pulak.hehe
wah, bagus juga buat belajar bahasa sunda...
hehehehe..
nice post!
mudah2an karya inspiratif dari si Emang..membukakan mata kita ye..kebayang ga si klo 1 mahasiswa punya 1 kewajiban untuk numbuhin budaya baca paling ga untuk 1 generasi bangsa usia dini?..tapi numbuhin kebiasaan baca ke diri sendiri susah juga ye..(termasuk gw)
wuah..pak sasmita bisa jadi inspirasi nih..hhehe
rumah tinggal+rumah baca = gudang pengetahuan
cool!
kereeeeeeeeeeen!! buat yang mau belajar bahasa sunda, ya!
untung masih ada orang macam dia.... yang msh mau melestarikan karya lokal
nice inpo gan..hhee
wow..
keren sekali..
memberi sumbangsih dengan buku-buku berbahasa sundanya..
salut!
Rumah baca penting looh untuk ningkatin minat baca anak, apalagi kalo gratis. Pemerintah harusnya jangan mau kalah ni sama beliau, :)
nais inpo gan :D
waw. kalo emang hobi sampai tua pun tetep maju jalan yaa.. saluutt..
tapi kalo saya kesitu pasti roaming abis. bukunya semua basa sunda. lol
jadi pengen mencoba ke sana..
keren rumah bacanya..hehe..
good job rezki !
nice :)
RBBS isinya bahasa sunda semua?
Mereka nyambut tamunya pake bhs sunda gag?ato semua yg dtg ke situ hrs bisa bhs sunda?
ada kamus Von Iperen tidak?
sekilas liat blog mu cukup menarik,, bahasa tulisannya mengalir,, mudah dibaca,, dari judul,,bagaimana kalo judulnya "mengenal lebih dekat sastrawan sunda masa kini" ,, tapibagus kok,,
jadi ngerasa malu soalnya mulai kendor baca karena keenakan internetan..haha
wahh..
hebat !
bikin sirik ya koleksi bukunyaa... :)
satu kata ."KEREN" .hehehehe . :P
Terima kasih buat semua komentarnya.
@Anonin: komik? kayaknya gak ada soalnya kmrn pas dtg ke sana gak sempat tanya2 dan "ngubek-ngubek" smua bukunya. hehehe..
@Tentara Metafora: blm sempat nanya euy ke Uwak Sasmitanya.
-Rezki
terimakasih postingannya :)
recommended bgtbuat yang mau belajar sunda (termasuk saya) hihi
-gembil-
Posting Komentar